Bulan Juli, adalah awal tahun kalender akademik di dunia kampus. Mahasiswa baru berdatangan ke kampus-kampus impian mereka setelah melalui seleksi masuk yang tergolong cukup sulit. Sulit atau tidaknya memasuki dunia kampus tergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama yang mempengaruhi kesulitan memasuki dunia kampus adalah tingkat reputasi kampus tersebut. Semakin tinggi reputasi kampus, maka akan semakin banyak pemintanya dan berimplikasi pada semakin tingginya tingkat persaingan untuk memasuki dunia kampus itu. Faktor kedua adalah tingkat kemampuan akademik sang calon mahasiswa. Hal ini sangat penting untuk memastikan tingkat keberhasilan sang calon mahasiswa di dunia akademik kampus. Faktor ketiga adalah faktor ekonomi. Hal ini sebetulnya tidak perlu menjadi sebuah kendala memasuki dunia kampus. Karena begitu banyak beasiswa yang ditawarkan oleh berbagai lembaga termasuk pemerintah. Namun, tidak juga dipungkiri masih banyak yang menjadikan faktor ekonomi ini sebagai faktor pembatas memasuki dunia kampus yang konon katanya "Dunia Elit".
Terlepas dari faktor-faktor penentu dalam memasuki dunia kampus, sekarang adalah waktunya calon mahasiswa baru untuk memulai babak baru. Babak adaptasi dan mengenal cara hidup dan pola menuntut ilmu di perguruan tinggi yang notabene baik sedikit ataupun banyak agak berbeda dengan dunia sekolah. Seorang yang menyandang predikat sebagai mahasiswa identik dengan mausia yang sudah dewasa dalam pemikirannya. Harus sudah belajar dan pandai memanfaatkan waktunya secara efektif. Seorang mahasiswa tentunya harus sudah bisa membagi-bagi waktunya untuk berbagai kegiatan bergantung pada tingkat prioritasnya. Sehingga perlulah adanya kegiatan yang dinamakan Masa Perkenalan Kampus. Namun, selama ini Masa Perkenalan Kampus yang lebih akrab disebut ospek ini cenderung bercitra negatif. Ajang ini hanya menjadi ajang "Pelampiasan dendam" dari senior terhadap juniornya. Sehingga esensi dari masa pengenalan kampus sendiri tidak didapatkan oleh mahasiswa baru. Ia tidak mengenal kampusnya dengan baik. Mahasiswa baru menjadi tidak tahu arah dan harus bagaimana di kampus tempat ia menuntut ilmu. Berimplikasi pada menurunya kualitas SDM kampus karena orientasi akademik mahasiswanya menjadi amburadul.
Mungkin masih teringat bagi kita kasus yang terjadi di Sekolah Tinggi Pegawai Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor yang sekarang dikenal dengan IPDN. Kasus yang sangat tidak manusiawi oleh para taruna senior kepada juniornya. Dengan dalih pelatihan fisik dan sebagainya tindakan itu telah mengakibatkan beberapa nyawa generasi cemerlang bangsa terbuang sia-sia. Mungkin akan ada yang berkomentar, "itu ka di IPDN, kalau di Perguruan Tinggi seperti Universitas, Institut baik negeri maupun swasta tentunya berbeda". Mungkin memang benar bahwa di perguruan tinggi lain seperti universitas dan institut akan berbeda halnya dalam menjalankan masa perkenalan kampus. Karena mengingat baik universitas dan institut akan mempertahankan reputasinya di depan publik dan bangsa. Tapi, dalam hal konten acara pengenalan kampus kepada mahasiswa baru masih banyak yang perlu diperbaiki di universitas ataupun institut.
Terlepas dari faktor-faktor penentu dalam memasuki dunia kampus, sekarang adalah waktunya calon mahasiswa baru untuk memulai babak baru. Babak adaptasi dan mengenal cara hidup dan pola menuntut ilmu di perguruan tinggi yang notabene baik sedikit ataupun banyak agak berbeda dengan dunia sekolah. Seorang yang menyandang predikat sebagai mahasiswa identik dengan mausia yang sudah dewasa dalam pemikirannya. Harus sudah belajar dan pandai memanfaatkan waktunya secara efektif. Seorang mahasiswa tentunya harus sudah bisa membagi-bagi waktunya untuk berbagai kegiatan bergantung pada tingkat prioritasnya. Sehingga perlulah adanya kegiatan yang dinamakan Masa Perkenalan Kampus. Namun, selama ini Masa Perkenalan Kampus yang lebih akrab disebut ospek ini cenderung bercitra negatif. Ajang ini hanya menjadi ajang "Pelampiasan dendam" dari senior terhadap juniornya. Sehingga esensi dari masa pengenalan kampus sendiri tidak didapatkan oleh mahasiswa baru. Ia tidak mengenal kampusnya dengan baik. Mahasiswa baru menjadi tidak tahu arah dan harus bagaimana di kampus tempat ia menuntut ilmu. Berimplikasi pada menurunya kualitas SDM kampus karena orientasi akademik mahasiswanya menjadi amburadul.
Mungkin masih teringat bagi kita kasus yang terjadi di Sekolah Tinggi Pegawai Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor yang sekarang dikenal dengan IPDN. Kasus yang sangat tidak manusiawi oleh para taruna senior kepada juniornya. Dengan dalih pelatihan fisik dan sebagainya tindakan itu telah mengakibatkan beberapa nyawa generasi cemerlang bangsa terbuang sia-sia. Mungkin akan ada yang berkomentar, "itu ka di IPDN, kalau di Perguruan Tinggi seperti Universitas, Institut baik negeri maupun swasta tentunya berbeda". Mungkin memang benar bahwa di perguruan tinggi lain seperti universitas dan institut akan berbeda halnya dalam menjalankan masa perkenalan kampus. Karena mengingat baik universitas dan institut akan mempertahankan reputasinya di depan publik dan bangsa. Tapi, dalam hal konten acara pengenalan kampus kepada mahasiswa baru masih banyak yang perlu diperbaiki di universitas ataupun institut.